Beranda | Artikel
Syiah Mengkafirkan yang Tidak Mengikuti Imam Mereka
Rabu, 6 November 2013

Imamah menurut ulama Syi’ah adalah kepemimpinan spiritual atau rohani, pendidikan, agama dan politik bagi umat Islam telah ditentukan Allah secara turun-temurun (theo monarchi) sampai imam ke-12. Menurut Syi’ah, siapa saja yang tidak mengimani imamah mereka, maka ia kafir. Maka jangan heran jika Syi’ah tidak pernah akur dengan golongan Sunni.

Perkataan Syi’ah di Kitab Mereka

Syi’ah berkata, “Siapa saja yang tidak mengimani imamah, imannya tidaklah sempurna sampai ia beriman kepada imamah dan beri’tiqod padanya.” Lihat dalam kitab Syi’ah: ‘Aqoidul Imamah karya Muhammad Ridho, hal. 78.

Syi’ah berkata, “Imamah adalah kelanjutan dari kenabian. Wajib rasul dan nabi itu diutus. Setelah rasul, wajib mengimani imamah.” Lihat dalam kitab Syi’ah: ‘Aqoidul Imamah karya Muhammad Ridho, hal. 88.

Syi’ah berkata, “Yang dimaksud imamah adalah penunjukkan ilahiyah yang telah Allah pilih dengan ilmu Allah yang telah lebih dulu ada. Penunjukkan imamah ini sebagaimana pengangkatan nabi. Nabi memerintah untuk mengangkat imamah setelah beliau wafat dan beliau memerintahkan untuk mengikutinya.” Lihat dalam kitab Syi’ah: Ashlusy Syi’ah wa Ushuluhaa karya Muhammad Husain, hal. 102.

Syi’ah berkata, “Siapa saja yang menantang imamah amirul mukminin ‘Ali bin Abi Tholib dan imam setelah itu, maka itu sama halnya dengan menentang kenabian. Siapa saja yang menetapkan amirul mukminin dan ia mengingkari satu imam saja, maka itu sama halnya dengan mengimani seluruh Nabi dan mengingkari kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Dilanjutkan pula, “Siapa saja yang menentang imamah yaitu salah satu dari imam 12, maka itu sama saja menentang salah satu nabi dari seluruh nabi yang diutus.” Lihat Minhajun Najah karya Al Faidh Al Kasyani, hal. 48.

Syi’ah berkata tegas tentang kafirnya orang yang tidak mengimani imamah mereka. Mereka berkata, “Para imam bersepakat bahwa siapa saja yang mengingkari imamah salah satu imam lalu ia menentang yang Allah wajibkan untuk taat pada imamah, maka ia kafir dan sesat serta pantas kekal dalam neraka.” Lihat kitab Haqqul Yaqin fi Ma’rifati Ushulud Diin karya ‘Abdullah Syibr, 2: 189.

Sama halnya juga mereka berkata, “Lafazh syirik dan kufur disematkan pada orang yang tidak meyakini kepemimpinan amirul mukminin dan imamah dari orang tuanya, lalu mengutakan imam yang lain. Mereka-mereka ini kekal dalam neraka.” Lihat kitab Biharul Anwar, karya Al Majlisi, 23: 390.

Dalil Doktrin Imamah dalam Syi’ah

Di antara dalil yang dijadikan doktrin imamah Syi’ah adalah hadits Jabir bin Samurah, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَكُونُ اثْنَا عَشَرَ أَمِيرًا فَقَالَ كَلِمَةً لَمْ أَسْمَعْهَا فَقَالَ أَبِي إِنَّهُ قَالَ كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ

Akan ada 12 amir atau pemimpin.” Lalu beliau mengatakan sesuatu yang tidak aku dengar. Kata ayahku beliau bersabda, “Semuanya dari Quraisy.” (HR. Bukhari no. 7222)

Dalam Shahih Muslim redaksinya sebagai berikut:

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ أَبِى عَلَى النَّبِىِّ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ إِنَّ هَذَا الأَمْرَ لاَ يَنْقَضِى حَتَّى يَمْضِىَ فِيهِمُ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً. قَالَ ثُمَّ تَكَلَّمَ بِكَلاَمٍ خَفِىَ عَلَىَّ فَقُلْتُ لأَبِى مَا قَالَ قَالَ كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ

Jabir ibn Samurah berkata: Aku bersama ayahku masuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendengar beliau bersabda, “Sungguh urusan ini tidak akan berakhir sampai berlalu di tengah-tengah umat 12 khalifah.” Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak terdengar olehku. Aku bertanya kepada ayahku, “Apa yang beliau katakan?” Kata beliau, “Semuanya dari Quraisy.” (HR. Muslim no. 1821)

Dalam riwayat Abu Daud disebutkan,

لاَ يَزَالُ هَذَا الدِّينُ قَائِمًا حَتَّى يَكُونَ عَلَيْكُمُ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً كُلُّهُمْ تَجْتَمِعُ عَلَيْهِ الأُمَّةُ

Agama ini akan senantiasa tegak sampai ada 12 khalifah yang kesemuanya disepakati oleh umat -semuanya dari Quraisy-.” (HR. Abu Daud no. 4279)

Ke-12 imam yang dimaksud Syi’ah adalah

1- Ali ibn Abi Thalib,

2- Husain,

3- ‘Ali Zainal ‘Abidin,

4- Muhammad Al-Baqir,

5- Ja’far As-Shadiq,

6- Musa Al-Kazhim,

7- ‘Ali Ar-Ridla,

8- Muhammad Al-Jawwad,

9- ‘Ali Al-Hadi,

10- Hasan Al-‘Askari,

11- Muhammad al-Muntazhar yang wafat di usia 8 tahun.

Sesudah itu, imamah dilanjutkan oleh para wakilnya, yakni para wali/mullah/faqih (wilayatul-faqih) yang mengikuti madzhab Ahlul-Bait versi Syi’ah sampai datangnya imam ke-12 yakni imam mahdi (Lihat Islam Alternatif, Bandung: Mizan, 1998).

Sanggahan Klaim Imamah

Yang diklaim oleh Syi’ah sebagai imamah ternyata tidak disepakati oleh para ulama. Dan menurut Syi’ah, agama Islam itu belum tegak pada zaman Abu Bakr dan ‘Utsman. Apa yang mereka klaim sungguh berbeda dengan realita. Ditambah lagi sudah ditegaskan bahwa sebaik-baik generasi adalah generasi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu generasi sesudahnya.

Al Qodhi ‘Iyadh berkata, “Boleh jadi yang dimaksud 12 khalifah adalah saat Islam mengalami kejayaan dan khilafah ini disepakati. Karena dalam riwayat lain dikuatkan dengan lafazh,  “Mereka semua disepakati oleh umat.” (Lihat Fathul Bari, 13: 212 )

Imam Nawawi membawakan perkataan Al Qodhi ‘Iyadh. Dalam memahami hadits di atas, ada dua pertanyaan yang muncul. Pertama, dalam hadits lain terdapat lafazh, “Khilafah setelahku selama 30 tahun, lalu tibalah setelah itu raja.” Hadits ini bertentangan dengan hadits 12 khalifah. Dalam kurun 30 tahun tersebut hanyalah terdapat empat khulafaur rosyidin yang empat dan yang paling masyhur dibai’at setelah itu adalah Al Hasan bin ‘Ali. Bisa dijawab dengan dikatakan bahwa khilafah 30 tahun adalah khilafah setelah kenabian. Karena dalam sebagian riwayat disebutkan, “Khilafah kenabian setelahku adalah 30 tahun dan setelah itu dipimpin oleh raja.” Di sini tidak disyaratkan mesti melewati 12 khalifah.

Pertanyaan kedua, boleh jadi kepemimpinan setelah itu lebih dari 12. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah mengatakan, setelah itu hanya ada 12 imam. Namun beliau berkata bahwa setelah beliau ada 12 imam, boleh jadi lebih dari jumlah tersebut. Boleh jadi pula yang dimaksud adalah 12 imam yang adil. Dua belas imam bisa jadi sudah terlewat. Dan jumlah 12 imam ini akan sempurna sebelum hari kiamat datang. Lihat Syarh Shahih Muslim, 12: 176.

Penjelasan yang dinukil di atas menunjukkan bahwa para ulama tidaklah menentukan siapakah 12 imam tersebut. Berbeda halnya dengan Syi’ah. Dua belas imam yang mereka klaim pun belum disepakati oleh ulama lainnya. Jadi, itu hanya klaim dari Syi’ah saja.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebutkan 12 imam tersebut, beliau tidak merincinya, sehingga kita pun tidak perlu memberikan rincian. Yang paling pokok, tidak jadi akidah kemestian mengikuti imam Syi’ah. Mereka pun tidak boleh seenaknya mengkafirkan.

Hanya Allah yang memberi taufik pada kebenaran.

 

 

Referensi:

Man Hum Asy Syi’ah Al Itsna ‘Asyariyah, ‘Abdullah bin Muhammad As Salafi, terbitan dd-sunnah.net, cetakan pertama, tahun 1428 H.

Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.

Fathul Bari Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqolani, terbitan Dar Thiybah, cetakan keempat, tahun 1432 H.

Akhukum fillah,

Muhammad Abduh Tuasikal (Rumaysho.Com)

Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 2 Muharram 1435 H

Bagi yang berminat dengan kaos Rumaysho.Com seharga Rp.85.000,-, silakan add PIN BB: 2A04EA0F atau sms ke 0852 00 171 222. Silakan kunjungi toko online Ruwaifi.Com yang memuat produk-produk Rumaysho.Com dan Ustadz Abduh Tuasikal.


Artikel asli: https://rumaysho.com/3735-syi-ah-mengkafirkan-mereka-yang-tidak-mengikuti-imam-mereka.html